Rabu, 06 Juni 2012


RPP Mengintifikasi Unsur- Unsur Intrinsik dan EkstrinsikSuatu Cerita yang Disampaikan Secara Langsung
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
SEKOLAH             : SMA Kartika Kendari
MATA PELAJARAN    : Bahasa Indonesia
KELAS             : X
SEMESTER             : 1
ALOKASI WAKTU        : 2 x 45 Menit

STANDAR KOMPETENSI
Mendengarkan: 1. Memahami siaran atau cerita yang disampaikan  secara langsung/tidak langsung.

KOMPETENSI DASAR
Mengidentifikasi unsur sastra (intrinsik dan ekstrinsik) suatu cerita yang disampaikan secara langsung/rekaman.

INDIKATOR
    Kognitif
    Proses
    Mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik yang ada di dalam cerpen

    Produk
    Menentukan unsur intrinsik yang ada di dalam cerpen
    Menjelaskan maksud unsur intrinsik cerpen


    Psikomotor
    Menyampaikan unsur-unsur intrinsik yang telah ditemukan di dalam cerpen
    Menanggapi penjelasan tentang unsur-unsur yang ditemukan oleh teman.

    Afektif
    Karakter
    Kerja sama
    Teliti
    Tanggap

    Keterampilan sosial
    Menyampaikan hasil diskusi dengan baik dan benar
    Membantu teman yang mengalami kesulitan.

TUJUAN PEMBELAJARAN
    Kognitif
    Proses
Setelah membaca cerpen yang disajikan, siswa diharapkan mampu menemukan unsur-unsur intrinsik yang terdapat di dalam cerpen

    Produk
Setelah membaca dan membahas hasil pencapaian tujuan proses di  atas, siswa diharapkan mampu menuliskan kembali unsur-unsur intrinsik yang telah ditemukan.

    Psikomotor
Secara berkelompok siswa dapat menyampaikan unsur intrinsik cerpen yang disediakan dalam LKS 1: psikomotor.

    Afektif
    Karakter
Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dengan memperhatikan kemajuan dalam perilaku seperti kerja sama, teliti dan tanggap.

    Keterampilan sosial
Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dengan memperlihatkan kemajuan dalam kerampilan menyampaikan hasil diskusi dengan bahasa yang baik dan benar, bekerja sama dalam kelompoknya, dan membantu teman yang mengalami kesulitan.

MATERI PEMBELAJARAN
    Teks cerita pendek

MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN
    Model pembelajaran : pembelajaran langsung (eksplisit)
    Metode pembelajaran
    Diskusi
    Unjuk kerja
    Penugasan

BAHAN
    Lembar kerja
    Spidol

ALAT
    Teks Cerita Pendek

Skenario pembelajaran
NoKegiatanPenilaian 
pengamat
1
2
3
4
A1Kegiatan Awal (10) menitPenilaian pengamat
1
2
3
4
B1Kegiatan Inti(25) menitPenilaian pengamat
1
2
3
4
C1Kegiatan Akhir (10) menitPenilaian pengamat
1
2
3
4

SUMBER PEMBELAJARAN
    Buku: Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA kelas X
    Materi esensial Bahasa Indonesia
    Silabus

EVALUASI DAN PENILAIAN
    Tugas Individu: Menggunakan LKS
    Jenis Tagihan Penilaian: LKS 1 dan LP 1
    Bentuk Instrumen Penilaian:
    Uraian Bebas
    Jawaban Singkat


LEMBAR KERJA SISWA
(LKS)


BAHASA INDONESIA
SMA KELAS X SEMESTER 1



Standar Kompetensi
Mendengarkan: 1. Memahami siaran atau cerita yang disampaikan  secara langsung/tidak langsung.




Oleh:

    Media Pembelajaran:
    Cerpen
    Aku bagaikan manusia yang terhina. Rasanya kehadiranku tak pernah diharapkan siapapun, bahkan oleh kedua orang tuaku. Aku lahir dari sebuah keluarga yang hidupnya sangat memprihatinkan. Teramat sangat, karena kedua orang tuaku hidup dengan tidak layak ditambah lagi dengan pendidikan rendah dan sikap yang kolot. Hidup dengan kekurangan disana-sini menjadikan ibu dan bapak sebagai orang tua yang haus akan materi. Namun parahnya tiada upaya, hanya impian meninggi namun sangat tipis usaha untuk menggapainya.  Jangan tanyakan di mana keluarga kami yang lain. Karena keadaannya sama saja. Entah mengapa aku lahir di tengah-tengah kelurga bobrok ini, bahkan aku menyebutnya keluarga terkutuk.

    Pada dasarnya orangtuaku mengharapkan anak mereka yang lahir adalah lelaki, karena mereka berharap kami akan membantu perekonomian keluarga. Namun, anak pertama terlahir sebagai perempuan, berlanjut terus tanpa henti hingga aku terlahir sebagai  perempuan di urutan ke delapan. Hah…tidak usah heran, karena mereka pun tak pernah lelah mengharapkan impian bodoh mereka itu. Kedengarannya kasar sekali aku mengecam orang tua dan keluargaku sendiri. Namun, itulah kerasnya kehidupan, kadang kita akan terseret ke dalam arus disekelilingnya.

    Aku muak!! Aku tak ingin terus-terusan hidup luntang – lantung dalam kehidupan menyebalkan seperti ini. Apalagi setelah kelahiranku beberapa tahu lalu bapak pergi entah ke mana. Ia mungkin tak sanggup lagi memikul tanggung jawab untuk menafkahi sembilan orang perempuan yang hanya menyusahkan kehidupannya. Aku tahu di luar sana ia pasti berteriak lega. Hingga sudah bisa ditebak aku tak pernah tahu bagaimana rupa bapakku itu.

    Malam ini ku pilih sebagai malam yang tepat untuk mengakhiri bebanku selama ini. Apakah aku akan bunuh diri? Owh, tidak!! Aku tidak sebodoh itu. Aku hanya ingin memulai kehidupan baruku. Yaa, sama seperti bapak yang lari meninggalkan kami. Toh aku juga tidak akan dicari oleh mereka. Malah sangat pasti mereka akan senang, karena tanggungan mereka berkurang satu lagi.

    Hari-hariku berjalan dan berlanjut apa adanya. Awalnya sulit karena aku harus hidup sendiri tanpa ada yang perduli dengan diriku. Terkadang aku berpikir untuk mencari bapak.
Ibu pernah bercerita, bahwa bapak mempunyai tanda yang bisa aku kenali. Yaitu ia mempunya tanda lahir berbentuk bulan sabit berwarna hitam legam di punggung sebelah kanan. Tanda yang langka, sehingga mudah untuk dikenali. Namun, apakah mungkin aku memeriksa punggung setiap laki-laki? Hah, mustahil. Sudahlah aku pun melenyapkan keinginan gila itu. Lagipula jika aku bertemu dengannya, aku mau apa darinya? Aku sudah teramat benci terhadapnya. Lelaki tak bertanggung jawab.!!
    Mungkin itulah awal dari kebencian ku yang teramat sangat terhadap lelaki. Apalagi aku terbiasa hidup di lingkungan perempuan yang mandiri tanpa lelaki. Ibu pun seolah mengajarkan untuk benci terhadap lelaki. Akhirnya ini juga yang membawaku ke dalam lembah kesalahan.
    Semua orang tahu bahwa hidup di jalan bukanlah hal mudah. Sangat banyak godaan yang menyesatkan. Dan aku pun tak bisa menghindarinya. Dan yang membuat aku bertahan dengan semua itu karena aku menikmatinya. Aku tak punya keahlian apa-apa. Yakh, terpaksa untuk membiayai hidup aku pun bekerja menjual diri.
    Mungkin bagi orang, perjalanan ini sudah biasa. Sudah tak sedih lagi. Sudah bassiiii….!!! Tapi itu tanggapan orang yang hanya mendengarnya, tapi bagiku yang merasakannya, ini sangat sakit. Saakiiit…. dan pedih…! Namun hal itu tak membuatku sedikit bersimpati terhadap pria. Jangan pikir aku akan menyerahkan tubuh ini pada pria-pria di luar sana yang nakal. Hah,,,tidak!! Tidak akan pernah.!! Lalu,, pada siapa?? Yakh, tentu saja terhadap sesama jenisku: perempuan.
    Hufft….aku merapikan pakaianku dan bergegas meninggalkan hotel. Siang itu aku baru saja “melayani” pelanggan setiaku. Pelangganku memang terbilang sedikit, karena memang susah untuk mencari yang seperti kami. Mungkin banyak, tetapi banyak yang tidak mau mengakui bahwa mereka adalah kaum lesbi. Namun, biarlah dengan begitu sainganku tidak terlalu banyak, dan tentu saja bayaranku akan tinggi.
    Seiring bertambahnya usia, pelangganku semakin berkurang. Apalagi usia yang semakin menua membuat parasku tak secantik dulu. Tenagaku pun tak sehebat dulu lagi. Sehingga banyak pelangganku yang kabur. Aku pun mulai berpikir untuk mencoba “menjualnya” kepada lelaki. Aku yakin pelanggan lelaki lebih banyak dan lebih mudah didapat. Lagipula tubuhku pun masih belum terlalu jelek bagi para lelaki. Awalnya aku berat, sangat berat. Aku tak pernah membayangkan akan melakukannya dengan lelaki. Karena terus terang rasa benci yang tertanam sejak kecil, belum bisa aku lenyapkan. Tapi kehidupan yang menuntunku.
    Malam ini, aku pun mendapatkan pelanggan pria pertama ku. Aku sama sekali tak merasakan apapun terhadap pria ini. Seorang pria paruh baya, yang dalam pikiranku sungguh tidak tahu diri. Seharusnya ia insaf, karena melihat tampangnya ia tak akan berumur panjang lagi. Tapi,,, sudahlah. Yang terpenting aku mendapatkan uang. Kami pun memulainya. Aku sungguh baru pertama melakukan ini dengan pria, setelah puluhan tahun aku bergelut dalam dunia hitam ini dan melakukannya dengan wanita. Aku merasakan hal aneh. Entah, apa namanya. Aku merasakan kesedihan yang mendalam. Ketika ia mulai menjelajahi tubuhku, hingga melucuti satu-persatu pakaian yang melekat ditubuhku. Namun, ditengah “permainan hot” kami itu, aku tersentak kaget. Aku kemudian segera memakai pakaianku. Aku tak peduli ketika pria itu terus memanggilku. Aku menghempaskan tubuhnya yang masih berusaha untuk memaksa aku kembali melanjutkan hubungan tadi.
    “ Kita belum selesai nona!! Jadi kamu tidak akan bisa lari dariku”.
    Huh…aku tidak peduli. Aku menhempaskan tubuhnya. Kutatap lekat-lekat wajahnya. Wajah itu seperti tak asing bagiku. Bahkan aku segera merasakan perasaan benci yang memuncak terhadap semua lelaki. Aku berlari terus berlari. Tiba-tiba saja rasa penasaran tentang sosok selama ini yang aku cari-cari hilang sudah. Karena baru saja aku melihat sebuah tanda bulan sabit berwarna hitam legam di punggung sebelah kanan.
SELESAI

LKS 1:                              LEMBAR KERJA SISWA       Bahasa Indonesia
Nama…………………….       Kelompok………………     Tanggal……………….
Kegiatan 1
Bacalah cerita pendek yang telah disediakan.

Setelah membaca, kerjakan langkah-langkah berikut:

    Tentukanlah unsur-unsur intrinsik yang terdapat di dalam cerpen tersebut!
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….

LKS 2:                              LEMBAR KERJA SISWA       Bahasa Indonesia
Nama…………………….       Kelompok………………     Tanggal……………….
Kegiatan 2
Carilah sebuah Cerpen. Lalu bacalah.

Setelah membaca, kerjakan langkah-langkah berikut:

    Tentukanlah unsur-unsur intrinsik yang terdapat di dalam cerpen tersebut!
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
LEMBAR PEGANGAN GURU
(LPG)


BAHASA INDONESIA
SMA KELAS X SEMESTER 1



Standar Kompetensi
Mendengarkan: 1. Memahami siaran atau cerita yang disampaikan  secara langsung/tidak langsung.




Oleh:
Unsur Intrinsik Karya Sastra
adalah unsur-unsur yang secara organik membangun sebuah karya sastra dari dalam
Contoh unsur intrinsik
(1) tokoh
(2) alur
(3) latar,
(4) judul
(5) sudut pandang
(6) gaya dan nada
    Secara umum unsur-unsur intrinsik karya sastra prosa adalah:
1. Tokoh /karakter
2. Alur / plot
3. latar/ setting
4. sudut pandang (point of view)
5. tema
6. amanat

 Karakter adalah orang yang mengambil bagian dan mengalami peristiwa-peristiwa atau sebagian peristiwa-peristiwa yang digambarkan di dalam plot.
 Plot adalah rangkaian peristiwa yang satu sama lain dihubungan dengan hukum sebab-akibat.
 Latar adalah latar peristiwa yang menyangkut tempat, ruang, dan waktu. Tema adalah gagasan pokok yang terkandung dalam drama yang
 berhubungan dengan arti (mearning atau dulce) drama itu; bersifat lugas, objektif, dan khusus.
 Amanat adalah pesan yang hendak disampaikan oleh pengarang kepada pembaca yang berhubungan dengan makna (significance atau utile) drama itu; bersifat kias, subjektif, dan umum.
  
    PEMBEDAAN TOKOH
A. Dilihat dari segi peranan/ tingkat pentingnya/ keterlibatan dalam cerita
1. tokoh utama (main/ central character) yaitu tokoh yang diutamakan
penceritaannya
2. tokoh tambahan (peripheral character) yaitu penceritaan relatif pendek (tidak
mendominasi)

B. Dilihat dari fungsi penampilan tokoh
1. Protagonis
memberikan simpati, empati, melibatkan diri secara emosional terhadap tokoh tersebut. Tokoh yang disikapi demikian disebut tokoh protagonis.
2. Antagonis
- tokoh yang menyebabkan terjadinya konflik
- beroposisi dengan tokoh protagonis
- Peran antagonis dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. tokoh antagonis
2. kekuatan antagonis (tak disebabkan oleh seorang tokoh)
    Contoh: bencana alam, kecelakaan, nilai-nilai sosial, lingkungan alam, nilai moral, kekuasaan dan kekuatan yang lebih tinggi, dan sebagainya.

C. Berdasarkan Perwatakannya
1. Tokoh Sederhana/ Simple/ Flat
Tokoh yang hanya mempunyai satu kualitas pribadi (datar, monoton, hanya mencerminkan satu watak tertentu). Biasanya dapat dirumuskan dengan satu kalimat
2. Tokoh Bulat/ Complex/ Round
Diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupan, kepribadian, dan jati dirinya. Bertentangan, sulit diduga, dan mempunyai unsur surprise.
Keduanya tidak bersifat bertentangan, hanya merupakan gradasi saja.

D. Berdasarkan berkembang atau tidaknya perwatakan tokoh
• Tokoh Statis
adalah tokoh tak berkembang yang secara esensial tidak mengalami perubahan atau perkembangan perwatakan sebagai akibat peristiwa-peristiwa yang terjadi.
• Tokoh Berkembang
• mengalami perkembangan perwatakan dalam penokohan yang bersifat statis biasanya dikenal tokoh hitam dan tokoh putih

E. Berdasarkan Kemungkinan Pencerminan Tokoh terhadap Manusia dari Kehidupan Nyata
• Tokoh Tipikal
pada hakekatnya dipandang sebagai reaksi, tanggapan, penerimaan, tafsiran pengarang terhadap tokoh manusia di dunia nyata. Contoh guru, pejuang, dan lain-lain.
• Tokoh Netral
tokoh cerita yang bereksistensi demi cerita itu sendiri. Ia benar-benar merupakan tokoh imajiner


LEMBAR PENILAIAN
(LP)

BAHASA INDONESIA
SMA KELAS X SEMESTER 1

Standar Kompetensi
Mendengarkan: 1. Memahami siaran atau cerita yang disampaikan  secara langsung/tidak langsung.

Oleh:
Lp 1 : Kognetif  Proses

NoKomponenDeskriptorSkor
1Mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik yang ada di dalam cerpenSiswa mampu Mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik yang ada di dalam cerpen1
2
3

Keterangan:
    (3) sangat tepat
    (2) tepat
    (1) tidak tepat

    Cara Pemberian Nilai






Rumus:                        Nilai=(Skor Perolehan Siswa)/(Skor Maksimun)   x  10
LP 3 Psikomotor


NoKomponenDeskriptorSkorCatatan
1identifikasi unsur intrinsik yang terdapat di dalam cerpen, dengan kriteria:Suara
Sangat jelas
2identifikasi unsur intrinsik yang terdapat di dalam cerpen, dengan kriteria:Lafal
Kurang jelas
3
identifikasi unsur intrinsik yang terdapat di dalam cerpen, dengan kriteria:
Intonasi
Tidak jelas





urutannama pacarHobby Pacar

Minggu, 03 Juni 2012

PARAGRAF JURNALISTIK

OLEH
MINARTIN
A2D109170

A.Pendahuluan
Di dalam paragraf  jurnalistik menurut pakar bahasa Djago Taringan,yang mengatakan bahwa tidak ada ukuran yang difinitir beberapa panjagnya paragraf. Disisi lain, definisi dari paragraf jurnalistik yakni: menurut pakar bahasa Djago Taringan mendefinisikan paragraf adalah seperangkat kaliamat yang tersusun secara logis-sistematis yang merupakan satu kesatuan ekspresi fikiran yang relevan dan mendukung ide pokok. Adapun fungsi-fungsi paragraf jurnalistik yakni : penampungan ide pokok.  Secara teknis ialah menampung ide pokok yang hendak disampaikan penulis atau jurnalis.
B. Pembahasan
Pembahasan ini terdiri 3 bagian yakni berita utama,ide pokok dan opini.  Dimana penjelasan poin-poin tersebut yang di bawah ini:
    Berita utama di dalam koran kendari pos edisi jumat  , 15 april 2011. Terdapat 9 paragraf, diatara 9 paragraf, paragraph utama terletak pada bagain awal paragraf . paragraph tersebut memuat ide pokok yakni sekjen PDI perjuangan tjahyo komolo menegaskan penyelesaian polemic yang terjadi di papua terletak padsa minset para penjabat di Jakarta. Dalam ide pokok tersebut terdapat kalimat penjelas, yakni papua terletak pada minset para penjabat di Jakarta.
Kata kunci terdapat dalam paragraph 1 sampai 9 paragraf adalah mengenai minsed.
Mindset adalah kata kunci dapat di tuliskan pada paragraf.
•    Paragraph kedua di tandai dengan penyelesaian di papua terletak diminset para penjabat di Jakarta.
•    Paragraph ke tiga angota komosi I DPR RI itu menegaskan keamanan yang secara material dilaksanakan selama ini menyebabkan konflik makin intensif.
•     Paragraf ke empat papua seperti kemiskinan korupsi
•    Paragraf kelima terlebih lagi pada kedudukan Asia Papua.
Dalam berita utama, paragraph 1-9 termaksut dalam paragraph umum-khusus ( deduktif ).
Kalimat utama dalam berita utama yakni sekjen PDI perjuangan, Tjahyo kumolo menegaskan penyelesaian  polemik yang terjadi di papua pada minset para penjabat di Jakarta.
    Tajuk rencana pada Koran kendari pos edisi jumat 15 april 2011 terdapat 7 paragraf. Diantara paragraf  tersebut, paragrap utama terletak  pada paragraf  I. adapun ide pokok yang terdapat  dalam paragraf tersebut yakni tiap 10 november diperigati hari pahlawan.kalimat pokoknya adalah 10 november 2011 dan dalam kata kunci kalimat utamanya yakni Hari Pahlawan .
Kata kunci dapat di tulusuri  pada pargraf :
•    Pada paragraf kedua tuntunlah harus megisi kemerdekaan ini sebaik mungkin  dan ini tetap melandaskan pada konsep dasar Negara ( NKRI )
•    Pada paragraf  ketiga sejak Negara ni didirikan suda banyak upaya-upaya atau jasa-jasa pahlawan.
•    Paragraph keempat nilai-nilai ke pahlawanan ini selalu .
    Paragraf utamanya adalah pernikahan dini yang menjadi sorotan.adapun kata kunci yang terdapat pada kalimat utamanya adalah sorotan.Berkaitan dengan kata kunci paragraf- Opini pada Koran kendari pos edisi jumat 15 april 2011 terdapat 25 paragraf diantara  25 paragraf. paragraf yang mewakilinya yaitu paragraf 2-25.

C. Penutup 
    Sebagai mana yang tertulis pada paragraf utama yang terdiri dari 9 paragraf yang terletak di awal paragraf ,dalam ide pokok tersebut terdapat kalimat penjelas dan kata kunci .
-    Daftar pustaka
Kendari pos Edisi Jumat 15 April 2011. 



SASTRA DAERAH ( PANTUN )



Unhalu 2
 











OLEH


MINARTIN
A2D1 09 170



FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2011




KATA PENGANTAR
       
Puji syukur senantiasa kita ucapkan kehadirat Allah Swt, karena berkat karunia_Nya jualah penulis dapat menyelesaikan penulisan mkalah ini . ucapat terimakasi kepada teman-teman yang ikut serta membantu dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini mungkin masi ada kekurangan jadi perlu kiranya kritikan dam masukan yang sifatnya membangun baik penulisan maupun susunan serta mengenai isi dari pada makalh ini.












DAFTAR ISI
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
1.2  Masalah
1.3  Manfaat
1.4  Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian pantun
BAB III PENUTUP
3.1 kesimpulan dan saran
3.1.1 kesimpulan
3.1.2 saran











BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
Kariya sastra adalah saran untuk menerim sekaligus untuk memberikan pencerahan kepada pembaca. Kariya sastra dilahirkan dalam situasi kosong . artinya kariya sastra diciptakan berdsarkan karya sastra yang suda ada atau yang mendahuluinya .
Sastra adalah sebua document social budaya yang menctat kegiatan social budaya suatu masyarakat tertentu bagi orang kariya sastra menjadi saran untuk mencapaikan untuk menyimpan pesan tentang kebenaran , baik secara tersirat maupun secara tersurat . kariya sastra juga di pakai untuk menggambarkan apa makna sastra dalam pendekatan ekspresif . karya sastra di ibaratkan sebagi potret atau sketa kehidupan .namun,potret itu tentulah berbeda dengan cermin karena sebagi kreasi manusia . di dalam sastra banyak terdapat pendapat dan pandangan penulisnya dari manana bagai mana melihat kehidupanya.
Untuk membatasi apakah sastra itu teryata bukanlah suatu hal yang muda di hampiri semua buku yang mempermasalahkan sastra dan ilmu sastra selalu di mulai dengan peryataan “ apakah sastra itu”, yand disusul dengan batasan-batasan tolak ukuranya . hal yang paling muda dikerjakan ialah mencari keterangan ataupun batasan dari sarana kemudahan yang tersedia berupa kamus . dalam sebuah pantun biasaya di kaitkan dengan puisi lirik namun tidak semua bentuk puisi dapat di golongkan dalam jenis ini .menurut Horatus ( budianta,2002:19) karya sastra bermanfaat dan menghibur . sastara menghibur dengan mengunakan atau banyak mengenal pendekatan





BAB II
PEMBAHASAN

Pantun merupakan ragam puisi lama , sebait terdiri Atas empat larik dengan berirama a-b-a-b.setiap larik biasanya terdiri dari emapat kata atau delapan sampai dengan 12 suku kata dan dengan bahwa dua larik pertemuan selalu merupakan kiasa atau sampiran. Sementara isi atau maksud sesunggunya terdapat dalam larik ketiga dan keempat.
Pantun adalah puisi Melayu asli yang cukup mengakar dan membudaya dalam masyarakat. Pantun merupakan puisi yang bercirikan bersajak a-ba-b, tiap bait terdiri 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama atau nasihat, teka-teki, jenaka
Berdasarkan struktur dan persyaratan pantun dapat terbagi beberapa bagian yakni :
Ø  Pantun biasa
Di mana kita ketahui adalah pantun seperti kita kenal lazimnya dan rincian persyaratan telah kita singgung di atas , namun dengan tambahan isinya berisi curahan perasaan , sendiran ,nasehat,dan pribahasa .pantu biasa pun dapat selesai hanya degan satu bait.
Ø  Pantun kilat
Pantun kilat ini yang serupa dengan pantun biasa .perbedanya terjadi karean karmina sangat singkat, yakni baitya hanya tertdiri atas dua larik, sampiran dan isinya terletak pada larik pertama dan kedua
Ø  Pantun berkaid atau sering di sebut pantun berantai
Pantun ini merupakan pantun yang sambung-bersambung antara bait satu dan bait berikutnya.dengan catatan larik kedua dan keempat setiap bait pantun akan muncul kembali pada larik pertama  dan ketiga pada bit berikutnya.

Ciri-Ciri pantun adalah
1.      Pantun terdiri dari sejumlah baris yang selalu genap yang merupakan satu kesatuan yang di sebut bait/kuplet
2.      Setiap baris terdiri dari empat kata yang di bentuk dari 8-12 suku kata ( umumnya 10 suku kata )
3.      Separu bait pertama merupakan sampiran ( persiapan memasuki isi pantun) separu bait berkaitan dengan isi ( yang mau di sampaikan )
4.      Persajakan antara sampiran dan isi selalu paralel ( ab-ab atau abc-abc atau abcd-abcd atau aa-aa )
Meskipun pantun merupakan puisi lama , tidak ada yang akan melarang apa bila kita memanfaatkan sebagai sarana pergaulan kini. Terlebi aspek didiknya dan hiburan sebagi
fungsi sastra dalam masyarakat lampau kita selalu tidak terpisakan .
ada yang mendeskripsikan bahwa ciri-ciri pantun seperti di bawa ini :
      Cirri-ciri pantun, yaitu: 
·         Setiap bait terdiri atas empat baris.
·         Setiap baris terdiri dari 4 kata (8 sampai 12 suku kata).
·         Rimanya a b a b atau bersajak silang.
·         Baris pertama dan kedua merupakan sampiran, sedangkan baris ketiga dan keempat merupakan isi.
Ø  CONTOH PANTUN SASTRA DAERAH TOLAKI
Mano la oseu tepulu
I amo wisokei i une mbeti
Mano la kata-katanggu yang tesala
I amo wisokei iune mbenao.
Kalau ada jarum patah
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kata
-kataku yang salah
Jangan dimasukkan ke dalam hati
Hasil Analisis
Jarum merupakan salah satu alat untuk memperbaiki sesuatu yang telah sobek misalnya saja sarung atau lebih luas adalah pakaian. Kata patah adalah sesuatu yang telah rusak atau fungsinya telah kurang dari seperti biasanya.suatu cara untuk melarang seseorang untuk tidak melakukan sesuatu adalah dengan kata Jangan”sementara itu peti yang telah banyak dikenal sebagai salah satu fungsinya untuk menyimpan mayat atau sesuatu yang berharga. Selain itu, peti juga dapat dikatakan sebagai tempat pakaian atau Sesutu yang bermanfaat bagi suatu individu atau seseorang.
Kata-kata adalah suatu ucapan yang dilontarkan oleh sesorang dalam kehidupannya sehari-hari. Tanpa komunikasi manusia tak bisa hidup sekalipun semua kebutuhannya terpenuhi. Hal itu disebabkan oleh komunikasi merupakan salah satu factor utama dalam menjalankan kehidupan.  Kata salah merupakan sebuah kata yang memiliki makna kurang lebih sama dengan patah sebab sama-sama memiliki makna yang negative. Sesuatu yang salah merupakan hal yang keliru dan tidak seharusnya dilakuka oleh manusia dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari. Jangan disimpan dalam hati artinya sesuatu yang buruk atau jelek tidak perlu disimpan di dalam hati sebab hati merupakn pusat dari pada pola pikir artinya jika hati ini rusak maka perbuatan atau tindakan kita juga akan rusak.
v  Manu mowila metadohoro
Nirodo ako kasu wanggole
Tina mowila la mengokoro
Nirodo ako sandale

Ayam puti di bawa kolong
Dilemparkan batang ubi
Nona puti lagi berdiri
Di lemparkan sendal jepit
v  Molako-lako I lanowulu
Kopongi tina mewulu
Biari ku mate I lanowulu
Asal kupodapa tina mewulu

Jalan-jalan di lanowulu(nama desa)
Saya melihat nona berbulu
Biar ku matai di lanowulu
Asal ku dapat si nona berbulu












BAB III
PENUTUP
3.1  kesimpulan dan saran
3.1.1 kesimpulan
Berbagai perdebatan kebudayaan atau pun kesustraan sampai sekarang tetap marak, karya sastra pun telah lahir . namun di balik semua itu berbagai kebimbangan pun menebar ,mala kadabg sulit terdeksi .kebimbangan itu tidak hanya sekedar konsep untuk sebua pantun dalam karya sastra.tetapi juga prinsip dari seseorang dalam berkarya . berbagai peristiwa sastra dan budaya seperti pengadilan p[uisi tahun 1974, polemik atas tuduhan plagit atau puisi Chairil anwar kasuss hukum tahun 1950-an ,perang idiologoi dan media tahun 1950-an hingga orde baru ,pengadilan cerpen ataupun pantun .berbagai pengadilan karya sastra dan riak-riak kecil berdebatan dengan polemik kesustraan di semarang, jakarta, padang , bandung dan surabaya .sampai pada persoalan puisi gelap (1994).
3.1.2 saran
Dalam makalah ini Penulis menyarankan agar kiranya peneliti atau penganalisis selanjutnya dapat menjadikan tulisan inni sebagai penelitian yang relevan. Selain itu penlis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membanggun dari pembaca atau penikmat sebuah karya sastra




GAYA BAHASA PERBANDINGAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
    Bahasa jurnalistik atau biasa disebut dengan bahasa pers, merupakan salah satu ragam bahasa kreatif bahasa Indonesia di samping terdapat juga ragam bahasa akademik (ilmiah), ragam bahasa usaha (bisnis), ragam bahasa filosofik, dan ragam bahasa literer (sastra) (Sudaryanto, 1995). Dengan demikian bahasa jurnalistik memiliki kaidah-kaidah tersendiri yang membedakannya dengan ragam bahasa yang lain
    Bahasa jurnalistik merupakan bahasa yang digunakan oleh wartawan (jurnalis) dalam menulis karya-karya jurnalistik di media massa (Anwar, 1991). Dengan demikian, bahasa Indonesia pada karya-karya jurnalistiklah yang bisa dikategorikan sebagai bahasa jurnalistik atau bahasa pers.
    Bahasa jurnalistik itu sendiri juga memiliki karakter yang berbeda-beda berdasarkan jenis tulisan apa yang akan terberitakan. Bahasa jurnalistik yang digunakan untuk menuliskan reportase investigasi tentu lebih cermat bila dibandingkan dengan bahasa yang digunakan dalam penulisan features.  Bahkan bahasa jurnalistik pun sekarang sudah memiliki kaidah-kaidah khas seperti dalam penulisan  jurnalisme perdamaian (McGoldrick dan Lynch, 2000). Bahasa jurnalistik yang digunakan untuk menulis berita utama—ada yang menyebut laporan utama, forum utama akan berbeda dengan bahasa jurnalistik yang digunakan untuk menulis tajuk dan features. Dalam menulis banyak faktor yang dapat  mempengaruhi karakteristik bahasa jurnalistik karena penentuan masalah, angle tulisan, pembagian tulisan, dan sumber (bahan tulisan). Namun demikian sesungguhnya bahasa jurnalistik tidak meninggalkan kaidah yang dimiliki oleh ragam bahasa Indonesia baku dalam hal pemakaian kosakata, struktur sintaksis dan wacana (Reah, 2000). Karena berbagai keterbatasan yang dimiliki surat kabar (ruang, waktu) maka bahasa jurnalistik memiliki sifat yang khas yaitu singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas dan menarik. Kosakata yang digunakan dalam bahasa jurnalistik mengikuti perkembangan bahasa dalam masyarakat.
1.2    Masalah
    Masalah yang di bahas dalam makal ini adalah bagaimanakah  Gaya bahasa perbandingan.

1.3    Tujuan 
    Tujuan yang di capai dalam penulisan makalah ini untuk mendeskripsikan gaya bahasa perbandingan.

1.4    Manfaat
    Manfaat ini yang dapat di peroleh dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.    Penulis dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman gaya bahasa     perbandingan.
2.    Pembaca dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman gaya bahasa     perbandingan.
3.    Pembaca dapat mengetahui dan dapat menelaah secara detail mengenai gaya     bahasa perbandingan

1.5    Ruang Lingkup
        Makalah ini hanya membahasa gaya bahasa perbandingan.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Gaya Bahasa Perbandingan
    Gaya bahasa perbandingan membandingkan dua hal yang sama atau dua hal yang berbeda. Dengan gaya bahasa perbandingan kita akan mengetahui unsur-unsur apa saja yang dianggap sama dan unsur-unsur apa saja yang dianggap berbeda atau bahkan bertentangan satu sama lain. Menurut Henry Guntur Tarigan, Guru Besar Linguistik Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, gaya bahasa perbandingan mencakup sepuluh jenis :

1.    Perumpamaan
    Gaya bahasa perumpamahan adalah membandingkan dua hal yang berbeda sehingga dianggap memiliki unsur-unsur persamaan diantara keduanya. Para jurnalis hanya dapat menggunakan gaya bahasa perumpamaan ini ketika menulis tajuk rencan, artikel, dan kolom. Gaya bahasa perumpamaan tidak boleh digunakan pada laporan jenis berita langsung (straight news), karena menurut kaidah jurnalistik gaya bahasa sejenis ini termasuk subjektif. Etika dasar jurnalistik mengajarkan tidak boleh bersikap subjektif dalam berita yang ditulisnya, ia harus objektif. Artinya, sikap objektif tidak hanya harus tampak pada materi isinya tetapi juga harus terlihat jelas pada susunan katanya.
Contoh :
    Penjahat itu licin seperti belut, rakus seperti monyet; seperti kucing dan anjing.seperti singa lapar; bagai air dengan minyak, bagai air di daun talas. Bagai raja sehari, bagai kumbang dan madu, bagai cermin dibelah. Bagai putri gunung; bak cacing kepanasan, bak durian runtuh; ibarat bumi dan langit, ibarat siang dan malam, ibarat bulan dan bintang; dan laksana jenderal menang perang.

2.    Metafora
    Metafora adalah pemakaian kata-kata bukan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan (Poerwadarminta, 1976:648). Metafora adalah sejenis gaya bahasa perbandingan yang singkat, padat, tersusun rapi. Didalamnya terdapat dua gagasan. Pertama, suatu kenyataan, sesuatu yang dipikirkan dan sesuatu yang menjadi objek. Kedua, merupakan pembanding terhadap kenyataan pertama tersebut (Tarigan 1983:141; 1985:183).
    Pada metafora kata-kata penyebut yang secara eksplisit menunjukan adanya perbandingan yakni bagai, bak, ibarat, seperti, laksana, sengaja tidak dimunculkan. Seorang penulis atau jurnalis dianjurkan unruk sekali menggunakan metafora secara fungsional dan fariatif dalam karya-karyanya seprti pada artikel, pojok, karikatur, dan cerita khas berwarna (feature).
Contoh :
    Anak emas, buah bibir, buah tangan, cuci tangan, mata keranjang, jinak-jinak merpatih, air mata buaya, kelinci percobaan, gudang ilmu, jendela dunia, pelita kehidupan, ditelan bumi, surga dunia, pata arang, manis mulut, buruk muka, mata duitan, ringan tangan, kaki tanganb.

3.    Personofikasi
    Secara etimologis personifikasi berasal dari bahasa latin, persona, yang berarti : orang, pelaku, pemain, aktor, subjek, atau topeng dalam permainan drama atau sandiwara.
    Menurut Edgar Dale dengan gaya bahasa personifikasi kita memberikan ciri-ciri atau kualitas pribadi seseorangkepada gagasan atau benda-benda yang tidak bernyawa sehingga benda-benda yang tidak bernyawa itu seolah-olah menjadi hidup atau bernyawa seperti layaknya manusia (Dale, 1971:221).
    Personifikasi adalah gaya bahasan perbandingan yang mengandaikan benda-benda mati, termasuk gagasan atau konsep-konsep yang abstrak berperilaku seperti manusia yang bisa menggerakan semua tubuhnya, berkata-kata, bernyanyi, bersiul, berlari, menari, melihat dan mencium. Personifikasi lebih tepat digunakan untuk karya-karya jurnalistik yang sifatnya soft news.
    Seorang jurnalis surat kabar harian menggunakan personifikasi secara terbatas kecuali pada kaya artikel, kolom dan pojok, karikatur, kartun, laporan, dll. Sedangkan seorang jurnalis majalah mingguan berita dapat setiap memakai personifikasi. Menurut teori jurnalistik, majalah mingguan berita merujuk kepada jurnalistik sastra.
Contoh :
    Nyiur melambai,mentari menciumi tubuh gadis itu, ombak berkejar-kejaran, gunung itu sejak pekan lalu terbatuk-batuk, cinta membawanya ke balik terali besi, dli.

4.    Depersonivikasi
    Gaya bahasa depersonifikasi merupakan kebalikan dari personifikasi. Depersonifikasi mengandaikan manusia atau segala hal yang hidup, bernyawa. Sebagai benda-benda mati yang kaku beku tak bisa melihat, mendengar, mencium, serta menggerakan tubuhnya. Gaya bahasa jenis ini, dalam bahasa jurnalistik digunakan terutama untuk menunjukan situasi, posisi, kondisi seseorang, sekelompok orang, atau sesuatu hal yang sifatnya pasif.
    Seorang jurnalis, dianjurkan untuk menggunakan depersonifikasi untuk melaporkan realitas kehidupan yang sarat dengan unsur ironi, paradoks, tragedi, dan bencana yang kerap datang sili berganti.
Contoh :
    Dari tadi kakek tua itu mematung; wajah gadis itu membeku; kasihan, pegawai itu bermata ikan asin; akulah matahari engkaulah bulan, akulah siang engkaulah malam, dll.

5.    Alegori
    Alegori berasal dari bahasa yunani, allegorein, yang berarti bicara secara kias atau bicara dengan menggunakan kias. Alegori adalah cerita yang dikisahkan dalam lambang-lambang, tempat atau wadah objek-objek atau gagasan-gagasan yang diperlambangkan. Alegori biasanya mengandung sifat-sifat moral atau spiritual manusia. Alegori dapat berbentuk puisi atau prosa. Fabel adalah sejenis alegori, yang di dalamnya binatang-binatang berbicara dan bertingkah laku seperti manusia (Tarigan, 1985:24).
    Alegori sering ditemukan dalam bahasa jurnalistik, majalah remaja dan majalah anak-anak. Tujuannya lebih banyak bersifat persuasif dan edukatif daripada argumentatif atau korektif.
Contoh :
Kisah buaya yang tamak, kancil yang cerdik atau kelinci yang berbudi.

6.    Antitesis
    Antitetis berarti lawan yang tepat atau pertentangan yang sebenarnya (Poerwadarminta, 1976:52). Anitesis adalah sejenis gaya bahasa yang mengadakan perbandingan antara dua antonim yaitu kata-kata yang mengandung ciri-ciri simantik yang bertentangan (Dukrot dan Tadoruv, 1981:277 dalam Tarigan, 1985:27).
    Antitesis termasuk salah stu gaya nahasa andalan dalam dunia jurnlistik sastra. Antitesis membuat laporan jurnalistik yang sifatnya faktual, menjadi seolah-olah karya fiksi yang sifatnya imajisional. Artinya cukup sarat dengan lukisan suasana serta pengembangan karakter khas dari para pelaku yang terlibat dalam cerita itu. Dalam jurnalistik sastra, suasana dan karakter, tidak selamanya dikatakan tetapi justru lebih banyak dikisahkan menyatu dalam cerita.
Contoh :
    Dia bersuka cita kalau aku dipenjara; kecantikkanyalah yang membawa dirinya kelembah nista; dll.

7.    Pleonasme dan Tautologi
    Pleonasme adalah pemakaian kata mubazir atau berlebihan yang sebenarnya tidak perlu (Poerwadarminta, 1976:761). Suatu acuan disebut pleonasme apabila kata yang berlebihan itu dihilangkan, artinya tetap utuh (Keraf, 1985:133). Pleonasme merupakan penegasan terhadap suatu kata atau konsep yang sudah tegas dan jelas.
    Tautologi adalah penegasan terhadap sesuatu hal yang mengandung unsur pengulangan tetapi dengan menggukan kata-kata yang lain. Bahasa jurnalistik tidak menyukai pleonasme dan teutologi karena keduanya bertentangan dengan prinsip keringkasan dan kelugasan.
Contoh pleonasme :
    Rektor baru akan tibapukul 16.00 sore; hanya harga kentang dan cabai merah yang sudah turun lagi kebawah; dia mendengar istrinya telah berselingkuh dengan sopir truk dengan telinganya sendiri.
Contoh tutologi :
Pencopet yang tewas dibakar masa itu kini tidak bisa gentayangan lagi di bus-bus umum; darah merah itulah yang melumuri wajahnya; para pengungsi penerima bantuan satu tonatau seribu kilogram beras dari pemerintah propinsi.

8.    Perifrasis
    Perifrasis adalah sejenis gaya bahasa yang agak mirip dengan pleonasmekedua menggunakan kata-kata lebih banyak daripada yang dibutuhkan. Keduanya mempunyai perbedaan, pertama pada gaya bahasa prifasis kata-kata yang berlebihan itu pada prinsipnya dapat diganti dengan sebuah kata saja (Keraf, 2004:134).
Contoh :
    Setelah dirawat selama tiga pekan di rumah sakit, mantan pejuang yang sangat dicintai keluarganya itu akhirnya beristirahat dengan tenang untuk selama-lamanya (meninggal dunia); hanya dengan petunjuk sangat berharga (nasihat) dari kiai Kharismatik ia bisa mencapai prestasi seperti sekarang; wartawan olah raga itu mengakhiri masa lajangnya (menikah).

9.    Antisipasi (Prolepsis)
    Kata antisipasi berasal dari bahasa latin anticipatio berarti mendahului atau penetapan yang mendahului tentang sesuatu yang masih akan dikerjakan atau akan terjadi (Shadili, 1980:234). Gaya bahasa antisipasi lebih banyak ditemukan dalam bahasa tutur atau percakapan. Tetapi pengaruh bahasa percakapan itu tidak jarang merembes pula kedalam bahasa tulis.
Contoh :
    Tiga hari sebelumnya, gadis malang itu masih sempat singgah ke salon di dekat rumah untuk potong rambut; dll.

10.    Koreksio (Epanortosis)
    Koreksio (epanortosis) adalah gaya bahasa yang berwujud semula ingin menegaskan sesuatu tetapi kemudian memeriksa dan memperbaikinya mana yang salah (Tarigan, 1985:34-35). Dalam bahasa jurnalistik, gaya bahasa sejenis ini sesekali bahkan dianjurkan untuk dipakai sebagai bentuk fariasi kalimat sekaligus untuk menghindari kejenuhan.
Contoh :
    Laki-laki pemulung itu pun mencintai, eh meniduri, sang nenek separuh baya ini hinggah subuh; dll.



BAB III
PENUTUP

3.1    Simpulan
    Bahasa jurnalistik merupakan bahasa yang digunakan oleh wartawan (jurnalis) dalam menulis karya-karya jurnalistik di media massa (Anwar, 1991). Dengan demikian, bahasa Indonesia pada karya-karya jurnalistiklah yang bisa dikategorikan sebagai bahasa jurnalistik atau bahasa pers.
Secara umum gaya bahasa yang digunakan dalam bahasa jurnalistik terdiri atas empat bagian besar : gaya bahasa perbandingan, gaya bahasa pertentangan, gaya bahasa pertautan, dan gaya bahasa perulangan

3.2 Saran
    Di harapkan  wartawan agar lebih jeli atau teliti dalam menggunakan gaya bahsa jurnalistik, dan gaya bahasa perbandingan.selain itu penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membanggun dari pembaca atau penikmat jurnalistik.

.

DAFTAR PUSTAKA

Sumadiria, AS.H. 2010. Bahasa Jurnalistik. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.